Cermis.id- Bagaimana kabar Aru dan anak dalam kandungannya? Mengapa ia menyimpan mantra di bawah tangga? Ia ingin memberikan saya petunjuk, meminta pertolongan, atau karena apa sebenarnya?

Pertanyaan itu terus berputar di kepala. Aru telah pergi dan kepergiannya adalah teka-teki yang semakin sukar dijawab. Kini, Aru mengirim saya pada satu lorong sempit lagi. Sebuah mantra yang entah akan saya gunakan untuk apa.

Bajo mengatakan akan segera menjumpai saya setelah menemukan strategi apa yang selanjutnya akan kita lakukan. Saya merasa panik dan hampir putus asa. Sepertinya memang, tidak ada yang bisa dilakukan selain melanjutkan perjalanan pencarian ini, apapun yang terjadi.

                                                   ***

Malam terakhir atau hari ke-tujuh adalah hari penentuan Aru dan beberapa orang yang dipanggil dan terpanggil menjalani ritual pesugihan itu akan menjadi parakang seutuhnya.

Sekitar 20 perempuan menghuni rumah itu, letaknya berada di pinggir hutan. Tidak begitu jauh dari pemukiman warga, namun tidak akan ada yang menyangka rumah itu sudah enam hari dihuni oleh sekumpulan manusia yang melakukan ritual pesugihan. Rumah itu dikenal sebagai tempat karaoke dan para perempuan malam menjajakan tubuhnya untuk laki-laki hidung belang.  

Aru tidak menyangka jika ia akan bertemu dengan banyak perempuan di sini. Akan tetapi, selama enam hari, ia belum berbicara dengan satupun perempuan yang tingga bersama dengannya. Di ruangan sempit berukuran sekitar 3x4 meter terdapat lima perempuan menghuniny. Mereka tidak saling berinteraksi, masing-masing sibuk menyakiti dirinya agar tidak tidur selama enam hari. Jika ada satu detik telewatkan dengan keadaan tidak sadar, maka gugurlah ritual itu. Mereka yang gugur, akan menjadi tumbal dari pimpinan pesugihan. Tidak mendapatkan apa-apa selain kematian yang tidak selamat.

Selama enam hari, Aru hanya boleh minum air putih, dan nasi putih. Mereka tidak boleh saling berbicara. Itu adalah salah satu pelarangan . Pada hari ke tujuh nantinya, sebagai puncak ritual, mereka akan memakan bayi berumur tujuh bulan.

Di rumah itu, ada yang datang karena harus menyambung ritual dari orang tuanya yang meninggal. Aru salah satunya. Beberapa datang karena ingin memulai, berhasrat mendapatkan kekayaan yang tiada batasnya.

Selama berada dalam rumah, Aru tak henti-hentinya berdoa agar Mapta dapat menemukannya. Bagaimana mungkin, ia menjalani ritual ini hingga akhir jika dalam dirinya ada seorang bayi yang suci.

Seharusnya, mapta telah menemukannya hari ini, sebab besok malam ia akan menjalani ritual terakhirnya. Tentu saja, Aru memilih mati daripada harus memakan bayi itu. Tidak ada pilihan lain, selain menemukan cara berlari dari rumah ini. Jika tidak, hanya ada satu cara terakhir, bertemu dengan Mapta dan ia harus membawa mantra yang tersimpan di bawah tangga agar dirinya dapat benar-benar terbebas dari hantu parakang.