Cermis.id - Pangsa pasar batu akik sempat tren di Indonesia. Popularitasnya, yang awalnya digandrungi tetua, kini sampai ke kalangan muda. Tak afdal rasanya jika belum memakai akik di cincin.

Untuk jenis dan ukurannya sangat bervariasi, pun dengan harga yang dipasarkan. Semua bergantung jenis batu, ukuran, corak hingga pola yang terbentuk.

Para penjual batu akik, sebagian besar membuka lapaknya di bahu jalan, ada juga yang menjual secara online di marketplace.

Kegunaan batuk akik sendiri beragam. Konon ada akik yang dipercaya bisa membawa penglaris rezeki, kebal terhadap sabetan benda tajam, pengobatan, dsb.

Salah satu yang dipercaya punya kekuatan magis adalah merah delima. Batu akik macam ini tak mudah didapatkan. Pemakainya bukan orang sembarangan, sebab batu itu konon punya khodam atau jin penjaga.

Sebab sulit didapat dan tersohor, banyak orang yang mencari merah delima dengan pelbagai macam cara. Ada yang dapat karena faktor rezeki, ada yang didatangi khadamnya untuk mengambil di sebuah tempat yang disembunyikan secara gaib.

Ki Jagad Kelana salah satu dari sekian banyak orang yang pernah mengambil (menarik secara gaib) batu merah delima di Danau Cibubur, Depok, Bogor.

Saya banyak mendengarkan ceritanya, ketika ia mendapatkan pesan dari salah seorang penunggu batu merah delima agar mengambil dan menjaganya.

Pesan tersebut tidak datang seperti orang kebanyakan, sebagaimana kita mendapatkan pesan elektronik. Kijagad Kelana mendapati wangsit dari seorang kakek saat ia sedang terjaga (kondisi antara tidur dan sadar).

Setelah tersadar, beberapa bulan kemudian Kijagad Kelana mendatangi Danau Cibubur di malam hari. Mengapa datang di malam hari? Supaya tidak ada orang lain yang melihat dirinya mengambil batu itu.

Setibanya di Danau Cibubur, ia hendak menarik batu merah delima dari tempat yang disembunyikan pemiliknya. Namun tiba-tiba ia dikagetkan dengan ulah para murid kakek tersebut yang enggan menyerahkan batu merah delima yang sudah dijaganya sejak lama.

Para murid kakek itu melawan Kijagad Kelana dengan menyerang pertama kali. Untung pada saat itu ia sudah menyiapkan diri dengan membentengi badannya. Kijagad Kelana tidak lantas menyerang balik.

Setelah menyampaikan keinginanya, bahwa dirinya diminta oleh pemilik batu merah delima agar mengambilnya sebagai kenang-kenangan, barulah para penunggu atau murid kakek tersebut merelakan batu merah delima diambil.

Pengalaman Kijagad Kelana menarik benda gaib, memang bukan kali pertama. Ia pernah mengambil Alquran berukuran sangat kecil di asrama haji, namun saat itu ia tidak mendapatkan kendala atau perlawanan.

Barulah kali ini ia disuruh ambil oleh pemiliknya, tetapi murid sang penjaga justru menyerangnya. Tetapi karena itu adalah amanah dari sang kakek untuk menjaga batu merah delima, dengan sedikit usaha yang dilakukan akhirnya ia berhasil mengambilnya.

Merah Delima Nyaris Hilang Dicuri

Pernah, batu merah delima yang ia simpan di dalam lemari kamarnya, bersama dengan benda-benda gaib yang pernah ditarik, hendak dicuri dari jarak jauh.

Ia sempat bingung, mengapa ada orang yang bisa mengetahui bahwa di rumahnya terdapat batu merah delima. Padahal, ia tak pernah menceritakan kepada siapapun, terutama pada murid-muridnya yang belajar di padepokan miliknya.

Lemari kayu setinggi 2,5 meter yang dikunci rapat, tiba-tiba goyang seakan ada sesuatu yang hendak keluar secara paksa. Ternyata batu merah delima seukuran ujung kelingking jari anak kecil, ditarik secara gaib.

Setelah kunci lemari terbuka, batu merah delima melayang terbang keluar hingga ke pintu rumah. Kijagad Kelana yang sedang duduk di teras rumah, kaget bukang kepalang menyaksikan merah delimanya melayang.

Dengan sigap ia langsung berdiri dan mengunci rumah dengan tenaga dalam, barulah ia menahan merah delima yang melayang-layang tadi, lalu mengenggamnya.

Usaha orang (dukun) mengambil batu merah delima bukan saja terjadi sekali, tetapi selama ia menyimpannya sudah 3 kali hendak diambil secara paksa.

Terkait kegunaan batu merah delima tersebut, Kijagad Kelana pernah menggunakannya untuk mengobati penyakit, dengan menyalurkan energi dalam batu ke pasien.

Namun tercatat hanya 4 kali batu merah delima itu dipakai berobat dan semuanya berhasil. Hanya saja, ia tidak lagi menggunakannya, sebab ia khawatir tenaga dalam yang sudah dimilikinya sekarang akan semakin terkuras.

Penulis: Ruslan