Aku tidak tahu apakah dia laki-laki atau perempuan. Yang pasti makhluk itu sangat menyeramkan. Apalagi saat dia menatap kami berdua. Mata makhluk itu seperti hampir keluar dari lubangnya.

Aku takut bercampur heran, karena selama ini aku tidak pernah melihat makhluk-makhluk aneh. Bahkan tadi, beberapa menit lalu, aku belum melihatnya. Atau mungkin saat darahku bertemu dengan darah Rini, aku jadi bisa melihatnya?. Entahlah.

Makhluk itu memperhatikan kami. Tangannya yang panjang terjuntai. Lalu dia menatap Rini, seolah ingin memberitahukan sesuatu. Tapi bibirnya tetap terkatup, tidak mengeluarkan suara apa pun.

Perlahan tubuh makhluk itu mengeluarkan asap tipis berwarna merah, semerah langit senja tadi. Asap itu menebal dan menyelimuti seluruh tubuh makhluk aneh tersebut, lalu kembali menipis tertiup angin, bersamaan dengan hilangnya makhluk itu.

Aku menoleh ke arah Rini. Tatap matanya masih mengarah ke tempat makhluk tadi berdiri. Dari sela hijabnya, keringat dingin terlihat di dahi Rini.

"Itu tadi apa? Kenapa tiba-tiba saya bisa lihat makhluk ndak jelas?," tanyaku penasaran.

Beberapa saat dia terdiam, seperti enggan menjawab pertanyaanku. Dia kembali menyulut rokoknya, sepertinya gadis ini butuh menenangkan diri. Aku berdiri untuk mengambilkan kopinya. "Ngopi dulu, supaya ndak terlalu tegang," saranku.

Rini mengangguk. Dia menyeruput pelan kopinya yang tinggal setengah cangkir. Ujung hijabnya menari tertiup angin pantai, membuat sebagian rambutnya terlihat. Tapi Rini cuek. Dia tidak membetulkan letak jilbabnya.

"Itu tadi makhluk yang datang pas magrib. Makhluk itu juga yang dulu menyelamatkan aku," ucapnya.

Rini lalu menceritakan, dia sengaja membeli jarum untuk melukai jemari kami, karena dia yakin bahwa makhluk itu akan kembali. "Makanya saya lukai jarimu juga, supaya kamu bisa lihat makhluknya. Seram kan?," tanyanya.

Aku tersenyum kecut mendengar pertanyaannya. Tapi penjelasan Rini membuatku berbesar hati bahwa dia akan menceritakan kisah seram yang dialaminya.

"Memangnya dulu awalnya bagaimana? Kok bisa makhluk itu membantumu?," tanyaku.

"Sebetulnya saya malas sekali mengingat-ingat kejadian waktu itu. Saya merasa saat itu bodoh sekali," ucapnya.

Lalu dia menceritakan, bahwa waktu itu dia sedang jatuh cinta dan menjalin asmara dengan Reno, seniornya di kampus. Reno, kata Rini, memiliki segudang kelebihan. Mulai dari wajah yang tampan, cerdas, jago main musik, hingga pintar merayu.

Sebagai mahasiswi baru, Rini, seperti juga beberapa teman angkatannya yang lain, jatuh cinta pada Reno. Waktu itu Rini merasa lebih 'beruntung', karena Reno penasaran pada Rini, yang hampir sama dengan namanya sendiri.

Sebulan berlalu setelah keduanya saling mengenal. Reno pun mengungkapkan perasaannya pada Rini. Gayung bersambut, Rini menerima cinta Reno, tanpa tahu bahwa Reno memiliki beberapa pacar lain.

"Dia bukan cuma playboy. Kalau istilahnya teman-teman, dia itu PK, penjahat kelamin," kata Rini geram.

Hanya dua pekan setelah mereka jadian, Reno mengajak Rini untuk berwisata di Malino, dataran tinggi di Kabupaten Gowa. Di situlah peristiwa itu terjadi. Reno memasukkan obat perangsang pada minuman Rini.

Saat Rini akan meminum minuman yang diberikan Reno, tiba-tiba makhluk mengerikan itu muncul. Tubuh Rini gemetar saat melihatnya. Makhluk itu melotot, membuat Rini kembali meletakkan gelas minumannya.

Tapi makhluk itu justru semakin mendekat. Membuat Rini berteriak terpekik. Reno yang berdiri tidak jauh darinya pun terkejut.

Rini berdiri, dia berniat untuk lari menuju Reno, tapi bersamaan dengan itu, tangan panjang makhluk itu mengibaskan gelas berisi minuman bercampur obat perangsang hingga tumpah. Setelah itu, makhluk menyeramkan tersebut hilang.

Reno berusaha mencari kesempatan dalam kesempitan. Dia mencoba memeluk Rini, tapi Rini menolak halus. Rini lalu menceritakan tentang hantu jangkung itu.

Malam itu Rini selamat dari niat jahat Reno. Keduanya hanya ngobrol di resto vila tersebut, lalu masuk ke kamar masing-masing.

Sebetulnya Reno sangat gusar dengan keiadian itu. Rencana untuk menyetubuhi Rini sudah diaturnya sejak  pekan lalu. Tapi itu harus gagal cuma gegara Rini ketakutan melihat hantu jangkung.

Sambil berbaring di tempat tidurnya, Reno mencoba menyusun rencana selanjutnya. Setengah jam kemudian Reno kembali berdiri, lalu keluar kamar menuju kamar Rini.

Dia mengetuk pintu kamar Rini. Reno berniat merayu Rini agar mau tidur sekamar dengannya. "Rin, kamu tidak takut kalau nanti hantu itu datang lagi? Aku temenin tidur di kamarmu ya," Reno menakuti Rini.

"Jangan deh. Saya lebih takut tidur bareng manusia daripada diganggui hantu," Rini menolak halus dengan candaan.

Reno kembali ke kamarnya. Dia semakin geram atas penolakan Rini. Dia mulai berpikir,  jika Rini tidak bisa disetubuhi dengan cara halus, dia akan mencobanya dengan cara kasar.

Reno tidak bisa tidur nyenyak malam itu. Otak kotornya terus berusaha mencari cara untuk bisa menikmati tubuh Rini. Nafsunya kian memuncak, membuat matanya enggan terpejam.

Menjelang subuh barulah Reno mampu memejamkan mata. Tapi, dalam tidurnya pun dia bermimpi menyetubuhi Rini.

Beberapa pekan sejak kejadian itu, Reno kembali mencoba peruntungannya. Dia sudah merencanakan untuk memerkosa Rini di kamar kosnya.

Reno sengaja meminta Rini untuk datang ke kosnya. Dia berpura-pura sakit, agar Rini menjenguknya. Reno berencana menyuruh teman-temannya untuk seolah-olah menggerebeg mereka berdua di dalam kamar, dan memaksa Rini untuk bersetubuh dengan dia beserta teman-temannya, jika tidak mau dilaporkan pada polisi.

Hari itu Rini kuliah hingga pukul 17.00. Sepulang dari kampus, dia berencana langsung menuju kos Reno. Angin senja menemaninya keluar dari area kampus. Sesekali Rini menyapa temannya yang sedang menunggu pete-pete (mobil angkutan umum).

Dia menuju ke arah timur, menyusuri Jl Perintis Kemerdekaan, lalu berbelok ke kanan, ke daerah kos-kosan. Hari menjelang magrib saat dia memasuki daerah itu.

Lokasi di situ cukup ramai, di kiri dan kanan jalan terdapat beberapa warung makan. Rumah kos Reno terletak cukup jauh ke dalam. Rini harus melewati lorong padat penduduk, lalu berbelok ke kiri, melewati pemakaman umum yang cukup sunyi.

Tiba-tiba saja mesin sepeda motornya mati. Dia berusaha menyalakannya kembali, tapi hingga belasan kali dia memencet tombol starter, sepeda motornya tetap tidak mau menyala.

Rini turun dari sepeda motor dan memeriksa bensinnya. Tapi bensinnya masih ada setengah tangki. Rini kembali memasang kunci kontak dan men-starter sepeda motornya secara manual. Hasilnya nihil.

Dia berniat mendorong sepeda motornya menuju rumah kos Reno. Tinggal tiga kelokan lagi dia akan tiba di rumah kos Reno.

Tapi, tiba-tiba hantu jangkung itu kembali muncul dari pagar pemakaman. Hantu itu seperti membelah diri. Dia berubah menjadi sangat banyak. Mereka menutup jalan yang akan dilalui oleh Rini.

Rini berteriak ketakutan. Hampir saja dia ngompol melihat makhluk-makhluk itu. Rini juga hampir saja lari meninggalkan sepeda motornya. Untung saja mesin sepeda motor itu tiba-tiba hidup. Entah bagaimana cara dia menghidupkannya.

Tanpa menunggu lebih lama, Rini berbalik arah dan meninggalkan tempat itu secepatnya. Saking takutnya, dia membatalkan rencananya untuk menjenguk Reno.

Setibanya di rumah, belum sempat Rini mengganti pakaian, Reno sudah menelepon. Dia marah besar karena Rini tidak jadi menjenguknya.

"Bagaimana maumu? Katanya mau datang jenguk aku, tapi sampai jam segini belum datang," bentak Reno melalui telepon.

Rini menjelaskan alasan dirinya tidak jadi menjenguk Reno, termasuk tentang hantu jangkung yang pernah dilihatnya saat di Malino bersama Reno.

Reno tidak mau mengerti penjelasan Rini. Dengan nada penuh emosi, Reno memutuskan hubungan asmaranya dengan Rini.

"Di situ dia minta putus. Nah, sekitar dua bulan kemudian, baru saya tahu bahwa sejak di Malino dia sudah punya rencana jahat untuk saya. Beruntung sekali saya bubar sama dia," Rini menjelaskan padaku.

Selain menyelamatkan Rini dari niat jahat Reno, hantu jangkung itu juga pernah menyelamatkannya saat tersesat di hutan. Caranya hampir sama dengan cara dia menyelamatkan Rini dari rencana jahat Reno.

"Waktu di gunung saya sempat tersesat, tapi hantu itu tiba-tiba muncul di depanku. Otomatis saya ambil jalan lain yang ke kanan. Pas paginya, ternyata jalan yang lurus itu menuju jurang," tambah Rini.

Setelah beberapa kali bertemu makhluk itu, Rini menghubungi 'orang pintar', untuk menanyakan tujuan makhluk itu sering memperlihatkan diri pada Rini.

"Kata bapak itu, hantu jangkung suka sama saya. Dia selalu mau melindungi, supaya saya tidak terkena celaka," beber Rini.

Menurut Rini, orang pintar itu mengatakan, hantu jangkung tersebut akan selalu muncul saat Rini terancam bahaya. "Saya heran, dia sudah lama tidak muncul, tapi tiba-tiba datang lagi," ucapnya khawatir.

Bersambung...