Cermis.id - Saya barangkali adalah seorang yang masih percaya dengan adanya pemali. Salah satu kepercayaan yang masih saya pegang adalah, jangan tidur masuk waktu Magrib.
Entah apa alasannya mengapa orang-orang yang percaya, terus mengawetkan mitos usang tersebut. Barangkali, suara seperti ilmu hitam dan lain-lain yang dilemparkan jelang Magrib begitu relevan.
Sewaktu kecil, memang, pernyataan-pernyataan itu didukung dengan contoh-contoh yang konkret dari keluarga saya. "Jangan tidur jelang Magrib, nanti kamu kayak tetangga kita yang dekat masjid itu."
Saya tidak tahu siapa tetangga itu. Celakanya, ia meninggal sebelum saya sempat tumbuh untuk tahu bau misterius. Ia meninggal. Saya sudah verifikasi informasinya, dan orang yang di sebelah rumahnya mengiyakan.
Konon, lelaki itu pergi meninggalkan dunia, setelah bablas tidur menjelang Magrib. Badannya dibilang membiru seperti tertindis sesuatu yang sangat berat. Bisa juga dibilang, seperti dipukuli.
Muncul kabar kalau ia kena santet yang salah alamat. Tersiar juga kabar kalau almarhum itu ketindisan mahluk halus, dan akhirnya meregang nyawa di kamarnya.
Sekarang rumahnya sudah berganti bangunan yang besar. Rumah beberapa tingkat, yang bermodel avant garde dengan chat berwarna coklat cappucino. Pilar-pilar rumah itu tebal dan menjulang.
Sebelum rumah itu berubah bentuk, hanya ada pohon belimbing di tamannya. Saya biasa mengambil buahnya untuk saya makan atau memberi ibu untuk menyedapi ikan pindang.
Rumahnya memang benar-benar sepi. Saya pernah ketemu pengontraknya. Seorang pemuda bertubuh kurus yang rusuk dadanya kelihatan, sedang berbaring di ruang tamu.
Tak ada yang istimewa dari rumah itu, kecuali warna temboknya yang putih bersih dan pagarnya yang berwarna hijau. Selebihnya hanya tanah merah kosong dan pohon belimbing.
Jika hujan, di beranda rumah itu, tampak syahdu sekali. Saya pernah mencobanya, saat meminta uang kebersihan dan keamanan kompleks. Saat itu sore hari.
Sampai sekarang, yang saya ingat hanya sepinya rumah itu dan kabar tak sedap soal sepeninggal seseorang yang meninggal secara misterius dalam rumah tersebut.
Sampai pada satu ketika saat saya menjungkirkan waktu seperti malam menjadi pagi dan pagi menjadi malam. Tahulah saya saat itu adalah seorang pemuda blangsak yang doyan hura-hura.
Saya suka sekali tidur pada sore hari, dan malamnya terbangun kemudian pergi meninggalkan rumah. Saya melakukannya secara berulang-ulang.
"Tak boleh tidur Magrib."
Saya mendengar kembali pesan almarhumah nenek saya yang masih saya ingat. Akhirnya, saya merasakan apa yang ia khawatirkan. Entah mengapa, sekarang, jika bablas tidur sore sampai Magrib, saat terbangun, kepala saya sering sakit. Itu sering terjadi.
Bukannya saya tak pernah ketindisan. Pernah. Tapi pada lain kesempatan. Saat saya tidur saat pagi hari, misalnya. Saya seperti melihat seorang perempuan berambut panjang sedang duduk di atas dada saya.
Perempuan itu memalingkan wajahnya. Ia memakai daster putih kecokelatan yang kotor karena lumpur yang basah. Tak ada baunya. Saya melihatnya seperti nyata. Saya tahu, saya dikerjai mahluk halus.
Saya berteriak saat itu. Dalam keadaan tidur. Dari luar, ibu saya menyahut dan membangunkan saya. Saya terbangun dan berucap syukur. Semoga saya tak merasakannya lagi.
Untung tidurnya pagi, bukan saat Magrib. Saya takut, akan terjadi hal lain jika begitu. Mungkin saja saya tak selamat atau ibu tak mendengar teriakanku yang sudah ketakutan dan sesak napas.