Cermis.id - Kijagad Kelana, begitulah ia dipanggil murid-murid seperguruannya. Nama itu memang bukan yang tertera di kartu identitas, melainkan nama pemberian atau gelar yang melekat pada dirinya.
Di dijuluki sebagai Kijagad Kelana karena ia sering berkelana mencari tempat-tempat angker bersama para muridnya, hampir disebagian besar tempat angker di Pulau Jawa, sudah pernah ia datangi. Kadang datang untuk berjiarah kubur para ulama, mengusir hantu, latihan jurus hingga mengobati warga.
Demikian para muridnya diberi nama lain, nama tersebut disesuaikan dengan jurus yang mereka kuasai. Terdapat beberapa jurus utama di Padepokan Kijagad Kelana, seperti pukulan macan putih, macan belang, merpati putih dll.
Bila salah satu muridnya menguasai jurus tertentu, maka ia akan diberi nama sesuai dengan jurusnya masing-masing. Nama itu untuk membedakan sekaligus mengetahui ia menguasai jurus apa di Padepokan.
Di Padepokan miliknya, memang tidak seperti pada umumnya, harus punya bangunan sendiri sehingga bisa disebut Padepokan. Namun Padepokan Kijagad Kelana disemua tempat bisa dijadikan Padepokan bahkan di rumahnya sendiri kerapkali dijadikan tempat untuk latihan bersama muridnya.
Terkadang berpindah-pindah tempat, 10 tahun yang lalu, Padepokan miliknya dengan 50 anggota berada di rumahnya di Jakarta Timur.
Namun karena ia pindah ke Bekasi, Padepokan pun berpindah tempat disesuaikan dengan di mana ia tinggal. Jumlah muridnya pun ada yang berkurang karena jarak antara Jakarta dan Bekasi cukup jauh. Namun di Bekasi ia juga memiliki beberapa murid kepercayaan.
Para murid-muridnya, berasal dari beragam kalangan, mulai dari anak muda pengangguran yang suka mabuk dan berjudi sampai kalangan pekerja profesional di perusahaan. Dulu, sewaktu ia membangun Padepokan, hanya anak-anak muda kehilangan arah hidup yang jadi muridnya.
Kendati demikian, banyak mendapatkan pertentangan dari orang tua murid untuk bergabung di Padepokan. Dengan alasan mereka belajar ilmu gaib akan menyesatkan mereka nanti. Padahal ia mengajarkan cara menggunakan tenaga dalam dan mengobati orang.
Kijagad Kelana, butuh waktu selama 5 tahun agar bisa mendapatkan kepercayaan orang tua murid hingga warga yang tinggal dilingkungannya. Selama rentang waktu itu, cacian hingga makian sudah kerap didapatkan. Tetapi cemohan tersebut tak pernah urung ia pedulikan lantaran pekerjaannya hanya membantu orang yang membutuhkan pertolongan.
Tetapi istrinya seringkali merasa khawatir akan sikap warga yang menstigma suaminya menganut aliran sesat.
Namun karena kegigihannya menolong orang yang kerasukan jin, mengusir hantu di rumah hingga mengobati penyakit aneh, ia kini mendapatkan tempat di hati warga dan jam terbangnya pun semakin padat.
Selama semalaman suntuk saya mendengarkan semua cerita tentang pengalamannya gaibnya, mulai dari didatangi orang penjaga gunung untuk mengambil benda gaib, menarik Alquran berukuran kecil di Asrama Haji Jakarta Timur (sambil menunjukkan foto Alquran kecil), mengusir hantu, mengobati warga, diserang dukun hingga latihan bersama muridnya di gunung markas jin.
Tulisan ini, saya akan menceritakan tentang awal mula ia mengetahui dirinya memiliki kemampuan melihat jin hingga belajar di gurunya untuk mempertajam kemampuannya.
Ki Jagad Kelana sejak umur masih kecil, saat dirinya beranjak masa sekolahan. Ia sudah bisa melihat makhluk halus, makhluk tersebut bisa menyerupai siapa saja yang di kehendaki jin. Mulai dari yang berparas seperti manusia biasa pada umunya, hingga jin yang menyeramkan, punya tanduk dan ekor dengan postur tubuh yang kelar.
"Saya ini Indigo, punya indra ke enam. Sejak kecil saya sudah bisa melihat jin," kata Kijagad Kelana di teras rumahnya
Sambil mengisap sebatang rokok kretek Dji Sam Soe, ia melanjutkan ceritanya. Sewaktu kecil ia belum bisa mengendalikan kemapuannya, ia terus-terusan melihat jin tanpa bisa menutup kembali tabir antara dunia manusia dengan dunia jin. Kejadian tersebut kerap ia alami, melihat makhluk halus.
Ia merasakan energinya cepat terkuras saat melihat makhluk aneh itu, keringatnya bercucuran hingga lemas.Setelah lama merasakan kejadian-kejadian aneh, barulah ia mengetahui bahwa dirinya punya indra ke enam atau Indigo.
Beberapa kali mencari guru, barulah setelah menyelesaikan sekolah tingkat atas ia berangkat ke Bogor menemui salah seorang guru yang mengajarkan untuk mengendalikan sekaligus menjadi kekuatan kemampuan yang ia miliki.
Sesampainya di rumah guru barunya, ia dikagetkan dengan perkataan gurunya itu yang mengetahui bahwa ia akan datang dan memiliki indra ke enam.
"Di rumahnya, saya diajarkan cara membuka dan menutup kembali tabir antara dunia manusia dengan dunia jin. Kalau dulu saya bisa melihat dan tidak bisa menutup kembali, sekarang kalau melihat mereka (jin) saya langsung menutupnya. Semakin lama melihat, semakin banyak energi saya terkuras,"
Di guru barunya, ia belajar selama 5 tahun. Selama itu pula ia bolak balik dari Jakarta ke Bogor untuk mempertajam ilmunya. Hingga kini ia sudah memiliki banyak murid yang datang di rumahnya. Saat saya berada di rumahnya, beberapa muridnya pun sempat datang berkunjung ke rumahnya.
Penulis: Ruslan