Indonesia merupakan salah satu negeri yang kaya akan suku dan budayanya. Suku-suku yang ada di Indonesia tentu memiliki salah satu prinsip yang dipegang. Lebih dari itu, setiap suku bangsa yang ada di Indonesia juga memiliki keunikan tersendiri.

Suku Jawa merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia yang memiliki banyak keunikan akan budayanya. Salah satu keragaman yang dimiliki oleh masyarakat Jawa yaitu mitos mengenai “Lusan”  atau telu serta kepasian. Mitos ini sampai sekarang masih dipercaya oleh sebagian besar masyarakat suku Jawa.

Terkait dengan makna filosofisnya, telu memiliki arti satu dan Kapisan memiliki arti pertama. Anda semua tentu bertanya-tanya, sebenarnya apa hubungannya anak pertama dan ketiga dalam tradisi Jawa? Nah ternyata mitos Lusan ini sangat kental kaitanya dengan sebuah pernikahan, yaitu anak nomor satu tidak boleh menikah dengan anak nomor tiga. Begitupun sebaliknya.

Sebagai kaum kekinian, Anda semua tentu bertanya-tanya, sebenarnya apa kaitannya anak pertama menikah dengan anak nomor tiga? Bukankah cinta tidak memandang angka kelahiran anak nomor berapa?.

Hmm, benar. Akan tetapi, dalam masyarakat suku Jawa, terdapat sebuah hal unik yang mungkin terbilang tidak masuk akal. Meskipun ada beberapa orang yang tidak percaya akan mitos ini, akan tetapi beberapa orang masih memegang teguh. Bahkan hal ini saya alami sendiri. Saat itu kakek  saya bertanya tentang anak nomor keberapa pacar saya. Hmm dia anak ketiga (dalam hatiku, mampus kamu tidak bisa menikah lusan).

Usut punya usut, menurut penuturan kakek saya dan juga ditambah sumber yang beredar luas, kenapa anak pertama tidak boleh menikah dengan anak nomor tiga, ternyata dilandaskan pada beberapa kepercayaan.

Rawan Menimbulkan Konflik

Pernikahan Anak Pertama dan Ketiga rawan Menimbulkan Konflik. Anak pertama merupakan orang yang senang mengatur. Karekter tersebut sangat bertolak belakang dengan karakter anak ketiga yang cenderung lebih manja dan susah diatur.

Nah ketika keduanya harus tinggal dalam satu atap, maka bisa menimbulkan berbagai pertengkaran yang tidak terhindarkan.

Sejak zaman dahulu orang Jawa percaya jika pernikahan antara anak pertama dengan ketiga bisa menimbulkan banyak pertengkaran. Ketika keduanya memaksakan diri untuk menikah, maka bisa menimbulkan badai terhadap rumah tangga. Bukankah badai rumah tangga merupakan hal yang wajar dalam sebuah pernikahan? Benar. Namun berbeda ketika anak badai tersebut datang pada pasangan pertama dan ketiga. Ketika salah satu masalah selesai, maka akan muncul bada-badai berikutnya.

Mengalami Kesulitan Ekonomi

Bukan hanya menghadapi banyak masalah saja. Ketika anak pertama dan ketiga menikah, maka bisa diramalkan jika keduanya akan jauh dari rejeki. Keduanya akan selalu kesulitan ketika harus mencari nafkah untuk keluarganya. Ketika melakukan usaha, maka bisa gagal. Sulit mendapatkan pekerjaan dan masih banyak konflik lain.

Salah Satu Keluarga Mempelai akan Mendapatkan Kematian

Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Akan tetapi terkait dengan mitos ini ancaman kematian akan menimpa salah satu anggota dari mempelai yang menikah. Inilah konsekuensi terburuk dari mitos lusan,  sehingga membuat pasangan yang akan melakukan pernikahan harus memikirkan seribu kali.

Sudah pasti diantara keduanya tidak mau jika ada salah satu yang meninggal. Pernikahan yang seharusnya berujung kebahagiaan malah berakhir dengan tangis air mata. Sampai sekarang, mitos ini masih berkembang di masyarakat Jawa. Anda semua boleh percaya atau tidak. Bagaimana dengan mitos di daerah Anda semua?