Setiap pria yang terkena pelet Nyi Selasih, akan melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan wanita yang menggunakannya, termasuk pada Wulan.

Saat berpamitan, Wulan sengaja mengedipkan satu matanya pada Raka, lalu meminta nomor ponsel Raka. Wulan tahu, Doni melihatnya mengedipkan mata pada Raka. Saat itu wajah Doni menyiratkan cemburu yang sangat.

Setiba di rumah, Wulan segera menghubungi Raka melalui aplikasi perpesanan instan, menanyakan, apakah Raka masih di kafe bersama Doni. Kata Raka, mereka masih di sana.

Wulan kemudian menghubungi Raka melalui panggilan video, agar Doni semakin cemburu melihat Raka melakukan panggilan video dengannya.

Benar saja. Di sela panggilan videonya dengan Raka, tiba-tiba Doni membentak Raka. Doni mempermasalahkan laptop yang dipinjam oleh Raka, dan belum dikembalikan.

"Tugasku keteteran gara-gara kamu pinjam laptop dan belum dikembalikan!!! Kamu sengaja ya bikin kerjaan aku berantakan?". Wulan mendengar percakapan itu melalui panggilan video.

Tiba-tiba wajah Raka yang ada pada layar ponselnya bergoyang, lalu yang terlihat hanya langit-langit kafe dan suara orang bertengkar. Sepertinya ponsel Doni ditepiskan hingga terjatuh ke lantai.

Wulan mengakhiri panggilan video tersebut. Dia tersenyum senang dan menang. Dia berniat untuk tidak menghubunginya hingga beberapa hari ke depan.

Tumbal Pengasihan Mulai Berjatuhan

Ternyata pertengkaran antara Doni dan Raka di kafe itu berlanjut dengan perkelahian.  Wulan mengetahuinya dari berita yang ditontonnya di televisi, beberapa hari setelah kejadian itu.

Akibat dari perkelahian tersebut, Raka tewas karena Doni nekad masuk ke dapur kafe, dan mengambil sebilah pisau dapur, yang digunakannya untuk menikam Raka.

Mengetahui kabar itu, Wulan sangat senang. Dendamnya pada Raka sudah terbayar. Tapi, Wulan belum puas, karena Doni masih hidup.

Wulan pun mengatur rencana lain. Dia akan mengunjungi Doni di sel. Dia harus membalas dendamnya, meski Doni berada dalam sel.

Doni terlihat senang saat Wulan menjenguknya. Wajahnya berseri-seri. Tapi tiba-tiba keningnya berkerut dan wajahnya menegang, saat Wulan membisikkan sesuatu padanya.

Wulan mengatakan, dia tidak akan mau bertemu lagi dengan Doni. Jadi, lebih baik Doni bunuh diri jika dia ingin melihat Wulan bahagia.

Keesokan paginya, jasad Doni ditemukan tak bernyawa di dalam sel. Urat nadinya terputus. Rupanya Doni menggigit urat nadinya, karena tidak ada satu pun alat yang bisa digunakan untuk bunuh diri.

Di rumahnya, Wulan merasa menjadi lebih segar. Saat bercermin, Wulan melihat wajahnya menjadi jauh lebih menarik. Kulitnya tampak lebih kencang dan muda. Tapi, dia merasa ada sesuatu yang seperti ingin meledak di dalam tubuhnya. Syahwatnya menjadi sangat tinggi.

Wulan tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Yang dia tahu, libidonya semakin meningkat, bahkan hanya dengan melihat sosok pria atletis di layar televisi.

Dia mengambil ponselnya, dan menghubungi Pak Kromo, untuk menanyakan apa sebenarnya yang terjadi.

"Itu hal lumrah, Nduk. Itu syahwat Nyi Selasih. Naluri itu akan semakin meningkat saat kamu sudah memberikan tumbal. Cara mengatasinya ya cuma dengan bersetubuh, dan menjadikan pria itu sebagai tumbal," jelas Pak Kromo melalui saluran telepon.

"Kalau kamu kuat menahan nafsu itu, kamu tidak butuh tumbal. Tapi jarang sekali ada yang kuat. Biasanya mereka menggunakan peletnya untuk menarik lelaki lain, agar mau menyetubuhi," paparnya.

Hasrat itu terus dirasakan oleh Wulan selama berhari-hari. Hampir sepekan dia menahan keinginan syahwatnya. Hingga akhirnya Wulan menyerah, dan mencari foto teman prianya, yang dianggapnya mampu memenuhi kebutuhan birahinya.

Wulan memilih Santo, tetangganya yang berprofesi sebagai petugas keamanan. Meski berkulit gelap, tubuh Santo cukup kekar karena rajin berolahraga. Wulan merasa Santo mampu memenuhi kebutuhan syahwatnya.

Setelah mendapatkan foto Santo melalui medsos, Wulan melaksanakan ritualnya, diakhiri dengan membakar foto tersebut.

Wulan lalu berpura-pura mengantarkan kue ke rumah Santo. Dia tahu Santo hanya ada di rumah, karena Santo kerja malam hari. Kedua orang tua Santo, sama seperti ayah dan ibu Wulan, sibuk bekerja.

Santo terlihat senang saat bertemu Wulan di rumahnya. Setelah menyerahkan kue pada Santo, Wulan tidak langsung pulang. Birahinya semakin meninggi saat melihat tubuh Santo yang dibalut kaus ketat.

Wulan duduk dan mengobrol dengan Santo. Tapi, entah bagaimana awalnya, mereka sudah bergumul di sofa, tanpa satu pun benang yang menutupi tubuhnya.

Beberapa belas menit berlalu, keduanya tampak berkeringat, meski pendingin ruangan menunjukkan suhu terendah.

Wulan terlihat sangat segar, meski nafasnya terengah-engah. Demikian pula Santo. Nafasnya memburu, dadanya kembang kempis.

Wulan beranjak pulang setelah memakai seluruh pakaiannya. Nafsu yang tadi menyelimuti dirinya sudah lenyap bersama keringat yang mengering.

Setibanya di rumah, Wulan kembali bercermin, untuk membuktikan, apakah benar dia akan menjadi lebih cantik dan menggairahkan. Ternyata benar. Dia merasa wajah dan tubuhnya semakin memesona.

Dua hari kemudian, Wulan mendengar kabar bahwa Santo tewas di tempat kerjanya. Kepala Santo remuk akibat dijatuhi tiang listrik dari beton, yang ada di kantornya.

Libido Wulan kembali meningkat. Itu berarti dia harus kembali melakukan ritual dan menjalankan pelet untuk pria lain.

Hal itu terus berulang selama beberapa bulan. Wajahnya pun semakin mempesona. Wulan mulai menjadi perhatian cowok-cowok, yang kemudian menjadi tumbal untuk Nyi Selasih.

Hingga suatu saat, Wulan merasa benar-benar jatuh cinta. Sayangnya, Jordi sama sekali tidak merespon. Jordi terkenal dingin di kantor.

Batinnya bergolak. Wulan tidak bisa menahan perasaannya. Berbeda dengan pria lain yang hanya dibutuhkan untuk memuaskan syahwatnya, pria ini, Jordi, benar-benar dicintainya.

Dadanya selalu berdetak kencang jika kebetulan berpapasan dengan Jordi di kantor.

Awalnya Wulan tidak mau menggunakan pelet untuk mendekati Jordi. Tapi, Jordi tidak pernah menggubris Wulan. Dia hanya mengajaknya bercakap untuk urusan kerjaan.

Saat di rumah, tepat tengah malam, Wulan mencoba memanggil Nyi Selasih. Dia memohon pada Nyi Selasih, agar jika dia memelet Jordi, nyawa Jordi tidak diambil sebagai tumbal.

Namun, seperti yang disampaikan sejak awal, semua pria yang terkena pelet Nyi Selasih, harus menjadi tumbal. Satu-satunya cara agar pria itu tidak menjadi tumbal, adalah Wulan harus mati.

Wulan berharap Pak Kromo mampu membantunya kali ini, karena dia ingin mendapatkan Jordi tanpa menggunakan pelet.

Sama seperti yang dikatakan Nyi Selasih, Pak Kromo mengatakan, jika ingin mendapatkan Jordi, Wulan harus menggunakan ilmu peletnya, karena dari penerawangannya, Jordi tidak mencintai Wulan.

Beberapa hari berlalu. Setiap kali bertemu Jordi, Wulan selalu berusaha untuk ramah dan mencari perhatian. Kini nafsu birahi Wulan mulai memuncak, setelah tumbal terakhir dipersembahkan pada dua pekan lalu.

Wulan mengambil jalan pintas. Dia melakukan ritual yang sama dengan yang dilakukannya pada pria-pria sebelumnya. Foto Jordi diperoleh dari arsip kantor.

Keesokan harinya, Jordi berubah total. Dia bersikap sangat manis pada Wulan. Bahkan Jordi mengajaknya nonton berdua. Wulan menyambut hangat permintaan Jordi.

Ternyata, Jordi cowok yang romantis dan sopan. Selama dalam bioskop, tak jarang Jordi menggenggam jemari Wulan, tapi tidak lebih.

Sepulang dari nonton, Wulan mengajak Jordi untuk singgah di rumahnya. Kedua orangtua Wulan tidak akan pulang hari ini. Ayahnya sedang berada di pulau lain, untuk urusan kerjaan. Sedangkan ibunya, ada acara di kota lain.

Berbeda dengan pria-pria korbannya yang terdahulu. Kali ini Wulan tidak seagresif saat berasama para tumbal. Wulan lebih kalem, meski libidonya meningkat drastis.

Tapi, dia sadar bahwa hidup Jordi tidak akan lama lagi. Nyawanya hanya tinggal beberapa hari lagi. Meski demikian, Wulan bertekad untuk menjaganya.

Mereka ngobrol tentang apa saja. Tanpa terasa malam semakin larut. Ada sesuatu yang meledak-ledak dalam tubuh Wulan, ada birahi yang harus dituntaskan.

Akhirnya, hal itu terjadi juga. Wulan dan Jordi merengkuh kenikmatan bersama. Menghabiskan malam dengan canda dan cumbu,  yang diiringi dengan aliran keringat.

Setelah semua selesai, Jordi pamit pulang. Tapi Wulan tidak mau membiarkan Jordi pulang sendiri. Wulan meminta agar Jordi bermalam. Apalagi, sekilas dia melihat bayangan Nyi Selasih yang melintas.

"Aku harus pulang, karena aku nggak pamit sama orang di rumah. Besok kita ketemu lagi," Jordi memaksa untuk pulang.

Wulan pun mengiyakan. Tapi tanpa sepengetahuan Jordi, dia mengikuti Jordi dari belakang dengan sepeda motornya.

Kekhawatiran Wulan terjadi. Di tengah perjalanan, Wulan melihat Nyi Selasih ada di boncengan sepeda motor Jordi. Dia menutup mata Jordi dengan selendangnya, yang membuat Jordi tidak bisa melihat jalanan.

Sementara, dari arah depan, satu truk berukuran besar melaju dengan kecepatan sedang. Dalam hitungan belasan detik, Jordi dipastikan akan menabrak truk itu jika matanya tertutup.

"Brakk!!!," suara tabrakan terdengar keras. Beberapa pengguna jalan langsung mengerumuni pengguna sepeda motor dan truk yang ditabraknya.

Darah berceceran di sekitar lokasi tabrakan. Pengemudi sepeda motor tewas di tempat. Kepalanya hancur karena terkena bumper truk.

Beberapa meter dari lokasi tabrakan, Jordi juga terjatuh bersama sepeda motornya. Tapi dia hanya mengalami luka ringan karena ditabrak dari belakang.

Rupanya Wulan sengaja menabrak sepeda motor Jordi dari arah kanan, agar Jordi tidak menabrak truk yang melaju dari arah berlawanan. Tapi, sepeda motor Wulan terdorong ke kanan dan bertabrakan dengan truk itu.

Tanpa dilihat oleh orang yang berkerumun, Wulan melayang pergi bersama Nyi Selasih, menuju kerajaannya, menjadi pelayan Nyi Selasih hingga kiamat tiba.